Senin, 05 Maret 2012

Jangan Takut Matematika

"MATEMATIKA ITU SULIT" Mungkin inilah jawaban yang akan kita terima dari siswa-siswi kita ketika kita bertanya seputar matematika. Lalu apakah yang membuat matematika itu terlihat sulit bagi mereka? Sebelum membahas mengenai hal di atas, konon dahulu ada seorang ulama besar yang pernah mengatakan, “mengapa seseorang takut untuk tidur bersama mayat satu malam saja, padahal mayat itu tidak akan bangun dan tidak akan mencekik dirinya?” Rasa takut ini (yaitu takut bahwa mayat itu akan bangun dan mencekik orang yang berada di dekatnya) sebenarnya adalah rasa takut yang terbentuk dalam diri manusia. Karena sejak kecil ada sebuah keyakinan yang tidak benar dalam diri orang tersebut bahwa dia “takut” untuk sendirian di dekat mayat seseorang yang telah meninggal.
Rasa takut ini, tentunya tidak terjadi begitu saja, tetapi boleh jadi orang tua, keluarga, bahkan lingkungan juga memiliki persepsi yang sama akan rasa “takut” ini. Cerita di atas, adalah contoh bagaimana persepsi pemikiran seseorang membentuk “rasa takut” atas sesuatu. Padahal sesuatu itu tidak perlu ditakuti karena memang tidak akan membahayakan atau menyulitkan. Nah proses terjadinya “rasa takut” inilah yang menurut penulis terjadi pada diri siswa di Indonesia terhadap matematika. Mereka menyangka bahwa matematika itu sulit, padahal pada kenyataannya belum tentu demikian (meskipun bagi sebagian orang mungkin memang sulit) asalkan mereka mau mencoba mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Ketika siswa sudah punya keyakinan dalam hati dan fikirannya bahwa matematika itu sulit, maka matematika akan benar-benar terasa sulit. Akibatnya mereka tidak hanya akan kesulitan dalam mempelajari matematika , tetapi juga akan mencoba membuat harapan yang rendah terhadap hasil tesnya (misalkan, “kalo matematika dapat nilai 6 juga sudah bagus”). Belum lagi ditambah oleh pandangan dari orang tua, guru, bahkan lingkungan yang menyatakan bahwa matematika itu sulit. Akibatnya bagi mereka (para siswa) matematika akan benar-benar terasa sulit. Hal senada diungkap oleh seorang ahli pendidikan barat yang menyatakan bahwa “ada rasa takut akan matematika, rasa takut tersebut mendekam dalam pikiran (Buxton, 1984:1)”. Masih menurut Buxton, rasa takut ini terjadi dikarenakan adanya “Mind in Chaos” (Buxton, 1984:85), yaitu suatu kesan negatif yang dibiarkan terjadi sejak mereka masih kecil bahwa matematika itu sulit yang pada akhirnya menjadikan mereka sampai dewasa berfikiran bahwa matematika sulit dan menakutkan. Lalu, ada juga yang beranggapan bahwa matematika itu terasa sulit karena di pengaruhi beberapa faktor:
 1. Faktor Matematika itu sendiri.
 Matematika menuntut banyak analisa, perhitungan, dll (banyak siswa yang cenderung memilih menghafalkan dari pada berhitung).
 2. Faktor guru
 Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan (sebenarnya lebih tepatnya pengajaran). Penguasaan materi yang dicapai siswa tentu saja sangat tergantung pada guru. Namun, dari dulu hingga sekarang orang-orang sering beranggapan guru Matematika identik dengan galak karena beliau-beliau suka menghukum siswa jika mereka tidak mampu mengerjakan soal. Mungkin tidak semua Guru bersikap demikian, tetapi kesan guru galak sudah terpatri dan menyatu dengan Matematika. Dari pandangan di atas, kita tahu bahwa untuk menghilangkan kesan bahwa matematika itu sulit kita harus mengubahnya melalui kesan positif tentang matematika. Misalkan menunjukkan bagaimana matematika bisa bermanfaat bagi siswa, bagaimana proses mempelajari matematika ternyata memang menarik, menantang dan menyenangkan, serta upaya aktif lainnya. Intinya kita sebagai guru, orang tua, maupun keluarga siswa sebaiknya mendorong siswa untuk mempelajari matematika secara baik dan menyenangkan dan bukan dengan menakut-nakutinya. Sumber : kencana

0 komentar:

Posting Komentar